KARIKATUR EKSPERIMEN (REVISI) (IVB)

2 04 2010

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi mata melajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di SMU secara umum adalah sebagai sarana peningkatan pengetahuan dan keterampilan berbahasa Indonesia, untuk meraih dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni. Peningkatan pengetahuan berbahasa Indonesia Indonesia berhubungan dengan kemampuan siswa menguasai kaidah-kaidah dalam bahasa Indonesia. Peningkatan keterampilan berbahasa Indonesia berkaitan dengan kemampuan siswa menggunakan bahasa Indonesia untuk berbagai keperluan sesuai situasi dan kondisi baik secara lisan maupun tulisan.

Keterampilan berbahasa Indonesia dalam pembelajaran bahasa Indonesia meliputi empat keterampilan, yakni: keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Berdasarkan aktivitas penggunaannya keterampilan membaca dan menyimak tergolong keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif. Sedangkan keterampilan berbicara dan menulis termasuk keterampilan berbahasa yang bersifat produktif. Kedua keterampilan yang produktif ini memiliki hubungan yang sangat erat. Keduanya merupakan keterampilan berbahasa untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan yang ada pada diri seseorang melalui simbol-simbol bahasa. Dilihat dari segi sistem bahasa, baik keterampilan berbicara maupun menulis memerlukan penguasaan terhadap sistem kaidah bahasa. Selain itu kedua keterampilan ini sama-sama memerlukan penguasaan kaidah-kaidah yang mengatur hubungan antara penutur (pembicara/penulis) dengan penerima (penyimak/pembaca).

Di samping memiliki persamaan, keterampilan berbicara dan menulis juga memiliki perbedaan karateristik pemakaian bahasa. Dalam berbicara, khususnya dalam suasana tidak resmi, dapat digunakan bentuk-bentuk bahasa informal yang sering kurang memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa, sebaliknya pemakaian bahasa dalam menulis lebih tertib. Pemilihan kata dan penyusunan kalimat harus memperhatikan kaidah-kaidah tata bahasa dan konteks yang melingkupi komunikasi.

Lebih jauh Keraf (1996:56) mengemukakan tujuan pengajaran keterampilan menulis adalah sebagai berikut :

(1)    mampu memilih dan menata gagasan dengan penalaran yang logis dan sistematis.

(2)    Mampu menuangkan ke dalam bentuk-bentuk tuturan bahasa Indonesia sesuai dengan dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia.

(3)    Mampu menuliskannya sesuai dengan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan.

(4)    Mampu memilih ragam bahasa Indonesia sesuai konteks komunikasi.

Keempat keterampilan berbahasa di atas memiliki hubungan yang saling berkaitan satu dengan yang lain. Realisasi kemampuan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar dapat tercermin pada keterampilan membaca, menyimak, berbicara dan menulis. Diantara empat keterampilan tersebut, keterampilan menulis tampaknya perlu mendapat perhatian lebih besar daripada tiga keterampilan lainnya. Meskipun tujuan khusus pembelajaran keterampilan menulis sebagaimana yang tercantum dalam kurikulum 1994 mata pelajaran bahasa indonesia untuk SMA agar siswa memiliki kebiasaan, kegemaran dan terbiasa menulis, pada kenyataannya kegiatan menulis sangat sedikit dilakukan oleh siswa SMA. Pembelajaran keterampilan berbahasa Indonesia lebih didominasi oleh keterampilan berbahasa yang bersifat reseptif seperti membaca dan menyimak. Pembelajaran menulis lebih banyak disajikan dalam bentuk teori-teori yang merupakan karateristik pendekatan tradisional.

Kurangnya kebiasaan menulis oleh siswa SMA menyebabkan mereka sulit menuangkan ide-idenya dalam bentuk tulisan. Kondisi ini disebabkan oleh kenyataan bahwa pendekataan pembelajaran bahasa Indonesia di SMA masih bercirikan pendekatan struktural, sehingga siswa kurang mampu mengungkapkan ide secara logis, sistematis dan meyakinkan dalam bentuk tulisan. Padahal itu salah satu tujuan instruksional umum kurikulum mata pemalajaran bahasa Indonesia. Dalam tujuan instruksional umum tersebut jelas terkandung maksud membiasakan siswa bebas menuangkan gagasan-gagasannya disertai sikap kiritis dan logis dalam bentuk tulisan.

Pencapaian tujuan instrusktional umum ini dapat diaplikasikan dalam bentuk penulisan karangan argumentasi oleh siswa. Salah satu jenis karangan argumentasi yang berisi pendapat penulisnya adalah opini. Penulisan opini dapat diajarkan pada siswa SMA kelas II karena dalam tulisan opini satu-satunya pendukung hanya argumentasi berdasarkan penalaran menurut pandangan penulis itu sendiri.  Dengan dasar inilah diharapkan siswa mampu bersikap logis.

Pembelajaran penulis opini diberikan oleh guru kepada siswa kelas II, namun belum menunjukkan hasil memuaskan. Siswa masih mengalami kesulitan menuangkan ide-idenya secara kritis ke dalam bentuk tulisan.

Atas dasar tersebut perlu dihadirkan sebuah media yang dapat membantu siswa dalam  meningkat penulisan opini. Penggunaan media pembelajaran tersebut diharapkan dapat meningkatkan proses belajar siswa dalam pembelajaran yang pada gilirannya diharapkan dapat mempertinggi hasil belajar yang dicapainya. Beberapa alasan mengapa media dapat meningkatkan kualitas pembelajaran seperti yang dikemukakan oleh Santoso, (1998:165-166) adalah sebagai berikut :

Media bermanfaat untuk (a) menarik siswa hingga dapat meningkatkan motivasi belajar, (b) lebih memperjelas makna bahan pelajaran sehingga lebih mudah dipahami dan memungkinkan peserta didik menguasai tujuan pembelajaran dengan baik, (c) membuat variasi metode mengajar agar tidak semata-mata berupa komunikasi verbal sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, dan (d) lebih memperbanyak siswa melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru tetapi juga melakukan aktivitas lain seperti pengamatan, tindakan, dan demontrasi. Alasan kedua mengapa penggunaan media dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasilnya adalah berkenaan dengan taraf berpikir siswa. Taraf berpikir manusia mengikuti perkembangan dimulai dari berpikir konkrit menuju abstrak, dimulai dari berpikir sederhana menuju berpikir kompleks. Penggunaan media pembelajaran erat kaitannya dengan tahap berpikir tersebut, sebab melalui media hal yang abstrak dapat dikonkritkan, dan hal yang kompleks dapat disederhanakan (Santoso, 1998:165-166).

Media pembelajaran Bahasa Indonesia sangat beraneka ragam. Oleh karena itu, kejelian memilih media yang sesuai dengan tuntutan kurikulum perlu diperhatikan oleh guru. Berkaitan dengan penulisan opini siswa maka penggunaan media yang selayaknya adalah media yang memiliki kemiripan karateristik dengan tulisan opini. Dalam dunia jurnalistik terdapat satu bentuk opini berupa gambar yang dikenal dengan nama karikatur. Karikatur mengungkapkan sikap, pendapat dan gagasan melalui gambar berdasarkan aktualisasi suatu peristiwa. Selain itu karikatur juga memiliki stereotype-stereotype tertentu yang menarik karena bentuknya humoris. Agar pesan mudah diterima, maka karikatur memerlukan kata-kata yang menggena sasaran. Karateristik kata-kata karikatur adalah singkat dan padat tetapi mengandung makna lebih dari seribu kata (Gorys Keraf, 1997).

Menurut Rohani, (1997:79), “karikatur dapat digunakan sebagai media instruksional edukatif. Media ini akan menuntut guru dan peserta didik bersikap kreatif, berpikir kritis dan memiliki kepekaan atau kepedulian sosial serta lebih mempertajam daya pikir dan daya imajinasi peserta didik”.

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis memandang perlu melakukan usaha untuk meningkatkan keterampilan  siswa dalam menulis opini melalui media karikatur pada siswa kelas II SMA Negeri 3 Bengkalis.

1.2 Rumusan  Masalah

Masalah yang akan diteliti dalam penilitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

  1. Apakah ada pengaruh penggunakan media karikatur terhadap prestasi keterampilan menulis opini siswa kelas II SMA Negeri 3 Bengkalis?
  2. Apakah ada perbedaan prestasi keterampilan menulis opini siswa kelas II SMA Negeri 3 Bengkalis dengan tidak menggunakan media karikatur dengan menggunakan media karikatur?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat penulis tetapkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan media karikatur terhadap prestasi keterampilan menulis opini siswa kelas II SMA Negeri 3 Bengkalis.

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis dan teoritis, yaitu :

1)    Dapat meningkatkan kualitas penulisan opini siswa.

2)    Dapat memberi konstribusi dalam mendisain strategi pembelajaran keterampilan menulis di SMAN 3 Bengkalis mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3)    Siswa memiliki kebiasaan menulis, menuangkan gagasan-gagasannya secara kritis dan logis.

4)    Guru dapat lebih kreatif mencari bentuk media lainnya dalam surat kabar yang sesuai dengan kebutuhan siswa dalam pembelajaran keterampilan menulis.

5)    Secara teoritis hasil penelitian tindakan ini diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan dalam teori pembelajaran bahasa Indonesia.

Bab II

Kajian Teori

2.1 Deskriptif Teori

2.1.1     Hakikat dan Fungsi Menulis

Menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami seseorang sehingga orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan lambang grafik tersebut (Syafi’i, 1988:21). Lambang-lambang grafik yang ditulis merupakan representasi bahasa tertentu sehingga memiliki makna tertentu pula yang dapat dipahami oleh orang lain (pembaca). Menurut Hook (lewat Achmadi, 1988:22), tulisan merupakan suatu medium yang penting bagi ekspresi diri untuk ekspresi bahasa dan untuk menemukan makna.

Fachrudin (1988:2) mengatakan secara garis besar bahwa menulis dapat dipahami sebagai keseluruhan rangkaian kegiatan seseorang dalam mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami dengan tepat seperti yang dimaksud oleh penulis.

Menulis merupakan kegiatan berpikir teratur. Keteraturan dalam menulis ini tampak pada keteraturan menuangkan gagasan dan menggunakan kaidah-kaidah bahasa. Agar gagasan dapat diterima dengan baik oleh pembaca, maka seorang penulis harus menguasai tujuan penulisan dan konteks berbahasa serta kaidah-kaidah bahasan.

Sebuah tulisan dikatakan baik apabila disampaikan sesuai tujuan dan situasi berbahasa, sedangkan tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku. Selain menguasai atuaran/kaidah bahasa, penulis juga diharapkan dapat menyusun pilihan kata yang terdapat dalam konteks kalimat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah kegiatan mengorganisasi gagasan dalam bahasa tulis secara baik dan benar sesuai dengan aturan, norma, kaidah bahasa yang berlaku.

Fachruddin (1988:6) menyatakan : “Kemampuan baca-tulis mendorong perkembangan intelektual seseorang”. Sementara itu Imam Syafi’I (1988:42) menyatakan bahwa seseorang yang berbakat menulis atau tidak berbakat menulis sama-sama mempunyai kemampuan menjadi penulis, agar kemampuan menulis dapat berkembang latihan-latihan menulis harus memperhatikan keterampilan-keterampilan yang diperlukan dalam menulis secara baik dan benar. Sebuah tulisan dapat dikatakan baik apabila dikomunikasikan sesuai dengan tujuan dan situasi bahasa, sedangkan tulisan dapat dikatakan benar apabila sesuai dengan atuaran, norma dan kaidah yang berlaku pada suatu bahasa.

Seseorang yang telah menyadari arti penting dari menulis tersebut di atas akan tumbuh minatnya terhadap kegiatan menulis. Semakin tinggi minat seseorang untuk menulis maka semakin besar kemungkinan ia mahir menulis. Dan hal itu dapat dicapai dengan latihan menulis yang terus-menerus.

2.1.2     Unsur-unsur dalam Menulis

Tujuan menulis adalah mengungkapkan ide, gagasan, perasaan, pendapat secara jelas dan efektif kepada pembaca. Karena itu ada beberapa unsur dalam tulisan yang perlu diperhatikan untuk mencapai penulisan yang efektif. Secara garis besar unsur-unsur tersebut menjadi dua bagian yaitu unsur organiusasi tulisan dan unsur kebahasaan.

1)    Organisasi Tulisan

Achmadi (1988) membagi tingkatan satuan bahasa dalam menulis sebagai berikut: “kata, kalimat, paragraf, dan wacana”. Sementara Keraf dalam bukunya yang berjudul Komposisi, membagi tingkatan satuan bahasa sebagai berikut: kata, kalimat dan paragraf. Kalimat merupakan suatu bentuk bahasa yang mencoba menyusun dan menuangkan gagasan-gagasan seseorang secara terbuka untuk didokumentasikan kepada orang lain. setingkat lebih tinggi dari kalimat adalah paragraf. Ramlan (1993:1) menjelaskan paragraf sebagai bagian dari suatu karangan atau tuturan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan ide pokok sebagai pengendali. Tataran yang lebih tinggi dari paragraf adalah wacana. Sebuah paragraf  dapat dikatakan sebagai model karangan tetapi karangan kecil. Karena itu, organisasi karangan dalam beberapa paragraf meliputi kesatuan, koherensi dan kecukupan pengembangan.

2.1.3     Pendekatan  dalam Pembelajaran Menulis

1)    Menulis sebagai Suatu Proses

Menulis merupakan kegiatan yang dilakukan melalui proses. Dalam proses tersebut terdapat beberapa tahapan. Syafii (1998:54) menyatakan bahwa “secara garis besar ada tiga tahap dalam proses menulis, yaitu persiapan (prewriting), penulisan (composing), dan revisi (revision)”. Dalam tahap persiapan penulis melakukan kegiatan identifikasi, penjajakan masalah, perencanaan organisasi naskah, dan pengumpulan bahan. Dalam tahap penulisan umumnya terbagi atas tiga kegiatan yaitu menulis konsep, memperbaiki, dan melengkapi. Dan dalam tahap revisi penbulis melakukan “penghalusan” tulisan. Misalnya dengan mengadakan: (1) perbaikan ejaan, (2) perbaikan pilihan kata, (3) perbaikan susunan kalimat, (4) perbaikan rumusan judul apabila diperlukan, dan (5) menulis kata pengantar apabila diperlukan.

Tahap-tahap kegiatan menulis oleh Keraf dilakukan secara berurutan dari tahap satu samapai tahap tiga bersifat linear, sedangkan model tahapan menulis menurut Tompkins bersifat nonlinear. Pada dasarnya proses menulis linear merupakan tahapan yang berurutan, sedangkan proses menulis yang bersifat nonlinear merupakan satu putaran yang berulang-ulang. Ini berarti bahwa dalam merevisi tulisannya, penulis mungkin melihat ke tahap sebelumnya, misalnya ke tahap pramenulis untuk melihat kesesuaian isi tulisan dengan tujuan menulis (Syamsi, 1999:14). Pada model tahap menulis oleh Keraf masih ditemuai beberapa tulisan dengan teman untuk saling mengoreksi tulisan yang mereka buat. Di sinilah terjadi kelemahan karena tidak adanya sharing dengan pihak lain. setiap siswa bekerja mandiri memperbaiki kesalahan tulisannya tanpa bantuan pihak lain.

2)    Ciri Pendekatan dalam Pembelajaran Menulis

Banyak siswa merasa gagal dalam menulis ketika guru memberikan tugas menulis dalam waktu satu kali pertemuan. Kegagalan ini menyebabkan mereka kurang berminat dengan pengajaran menulis di sekolah. Padahal, bagaimanapun sekolah merupakan dunia mini untuk mengembangkan kemampuan menulis.

Keterampilan menulis memang tidak bisa diberikan kepada siswa hanya dengan metode ceramah, tetapi perlu direalisasikan dalam bentuk praktek menulis. Dengan praktek menulis diharapkan siswa dapat mengembangkan kemampuan menulisnya. Oleh karena itu, diperlukan suatu pendekatan agar pembelajaran menulis menjadi efektif.

Selama ini sebagian guru di sekolah masih menerapkan pendekatan tradisional yang lebih menekankan pada hasil dalam pembelajaran menulis. Inilah yang menjadi penyebab gagalnya siswa dalam menulis. Kini telah muncul pendekatan untuk pembelajaran menulis yang efektif yaitu pendekatan proses. Pendekatan ini lebih menitikberatkan pada proses daripada hasil akhir. Guru tidak sekedar memberikan pengetahuan tentang menulis kemudian menugaskan siswa  membuat tulisan yang sekali jadi, tetapi peran terpenting guru adalah membimbing siswa selama proses menulis berlangsung. Berkaitan dengan peran guru dalam pendekatan proses Semiawan, dkk (1992:15) mengatakan bahwa tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan, melainkan menyiapkan situasi yang menggiring anak untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen serta menemukan fakta dan konsep diri.

Pemebalajaran dengan pendekatan proses memberi peluang lebih besar kepada siswa untuk berpikir dan bertindak kreatif. Siswa merasa tidak terbebani dengan tuntutan menghasilkan tulisan yang bebas dari kesalahan dalam waktu singkat. Karena waktu yang disediakan lebih dari satu jam pelajaran. Maka siswa mendapat kesempatan untuk menyunting dan memperbaiki tulisannya. Proses menulis inilah yang dinilai oleh guru selain hasil siswa itu sendiri.

2.1.4     Penulisan Opini

Opini adalah pendapat tentang suatu masalah yang ada dalam masyarakat. Dalam konteks jurnalistik, opini adalah bentuk tulisan pendek mengenai suatu masalah dan berisi pendapat penulisnya (Suseno, 1995:4). Karena itu, opini merupakan bagian kecil atau salah satu rubrik (kolom) yang terdapat dalam media massa (Djunaedi, 1991:73). Masalah yang dibicarakan dalam opini adalah masalah yang aktual dan faktual.

Opini mengandung unsur subyektivitas, bukan hanya fakta (Sudaryanto, 1999:42). Isi opini hanya pendapat. Opini tidak berisi angka-angka statistik dan bukti pengalaman lampau yang mendukung pendapat itu. Satu-satunya pendukung hanya argumentasi berdasarkan penalaran menurut pandangan subyektif dan penulis itu sendiri.karena opini berisi pendapat penulisnya, maka opini di surat kabar biasanya ditempatkan pada halaman khusus yang disebut halaman opini (editorial page). Halaman ini biasanya memuat tajuk rencana, surat pembaca, mastlead, dan tulisan opini dari penulis di luar pengelola surat kabar, serta karikatur. Halaman opini harus bebas dari berita (fakta) dan iklan. Satu-satunya illustrasi yang boleh ada hanyalah karikatur yang memang merupakan opini namun dalam bentuk gambar.

Jakob Oetama (Lewat Sudaryanto, 1999:31) mengatakan bahwa halaman opini disediakan pers sebagai bagian dari pelaksanaan peran, fungsi, serta tanggung jawabnya pada masyarakat. Dalam arti pers ikut menjalankan tugas demokrasinya dengan menyediakan suatu forum untuk dialog. Artinya dengan adanya halaman opini ini sangat membantu dan memberi kesempatan pada orang lain untuk mengemukakan pendapatnya yang ikemudian bisa disajikan bahan pemikiran orang lain.

Opini sebagai bagian dari surat kabar memiliki ragam bahasa tersendiri yaitu bahasa jurnalistik. Sudaryanto (1999:1) meyebutkan sifat-sifat khas bahasa jurnalistik sebagai berikut:

Bahasa jurnalistik memiliki sifat-sifat khas yaitu: singkat, padat, sederhana, lancar, jelas, lugas dan menraik. Akan tetapi jangan dilupakan, bahasa jurnalistik harus didasarkan pada bahasa baku. Dia tidak dapat menganggap sepi kaidah-kaidah tata bahasa. Begitu juga dia harus memperhatikan ejaan yang benar. Akhrinya dalam kosakata, bahasa jurnalistik mengikuti perkembangan dalam masyarakat.

Berdasarkan uaraian di atas dapat disimpulkan bahwa opini termasuk salah satu  karya ilmiah populer. Istilah poupuler menyatakan istilah yang dikenal secara umum dan berlaku di kalangan masyarakat, bukan istilah yang sulit, asing atau mengagumkan tetapi tidak dimengerti oleh khalayak permbaca. Berkaitan dengan masalah bahasa, opini sangat dipengaruhi oleh penulis pengguna bahasa. Artinya setiap penulis opini memiliki gaya menulis tersendiri, namun ejaan yang disempurnakan tetap harus diterapkan dengan baik.

Beberapa karya ilmiah populer memiliki struktur penulisan tertentu, misalnya berita memiliki struktur penulisan piramida terbalik. Hal ini berbeda dengan opini. Dalam opini tidak terdapat struktur penulisan seperti berita atau feature. Opini langsung berisi tubuh yang menghadirkan suatu permasalahan kemudian diikuti pendapat penulis mengenai masalah tersebut. Oleh karena itu, opini biasanya berupa tulisan pendek saja (Suseno, 1995:103).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa opini adalah tulisan pendek ilmiah populer yang membahasa suatu permasalahan tertentu dan hanya berisi pendapat penulisnya. Ditinjau dari segi bentuknya, opini termasuk jenis tulisan argumentasi. Salah satu ciri karangan argumrntasi adalah penuylis berusaha mendesakkan pendapatnya kepada pembaca agar pembaca mengubah sikap dan pendapat mereka. Dalam bentuknya yang paling murni, argumentasi mungkin terdapat dalam suatu perdebatan akademis, akan tetapi ia juga dapat kita temui dalam jenis-jenis wacana komunikasi yang lain. Editorial surat kabar secara esensial adalah argumentasi (Ahmadi, 1988:90). Syarat utama untuk wacana argumentasi adalah suatu keterampilan di dalam bernalar dan suatu kemampuan menyusun ide atau gagasan menurut aturan logis. Selain itu, dasar yang harus diperhatikan sebagai titik tolak argumentasi menurut Syafi’i (1988:101-102) adalah : (1) penulis harus mengetahui subyek yang akan dikemukakannya sekurang-kurangnya mengetahui prinsip ilmiah, (2) penulis bersedia mempertimbangkan pandangan-pandangan yang bertentangan dengan padangan-pandangannya.

Achmadi berpendapat tentang ciri-ciri wacana argumentasi adalah sebagai berikut :

1)    Membantah atau menentang suatu usul/pernyataan tanpa berusaha meyakinkan atau mempengaruhi pembaca untuk memihak, dengan tujuan utama kemungkinan ini adalah semata-mata untuk menyampaikan suatu pandangan.

2)    Mengemukakan suatu alasan untuk bantahgan sedemikian rupa dengan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya.

3)    Mengusahakan pemecahan masalah.

4)    Mendiskusikan persoalan tanpa perlu mencapai suatu penyelesaian.

Dalam mengemukakan suatu alasan bantahan sedemikian rupa dengan mempengaruhi keyakinan pembaca agar menyetujuinya, penulis wacana argumentasi harus didasarkan pada kelogisan dalam menalar. Artinya argumen yang dikemukakan harus dimiliki landasan berpikir yang kuat.  Selain itu, penulis tidak boleh tertutup atas pendapat orang lain yang berbeda dengan pendapatnya dan bersedia mepelajari pendapat tersebut, kemudian menetapkan apa pendiriannya.

Berdasarkan ciri dan syarat argumentasi tersebut, opini dapat dijadikan salah satu cara meningkatkan keterampilan menulis jenis argumentasi siswa di sekolah menengah umum.

2.1.5     Tinjauan Tentang Karikatur

1)    Pengertian Karikatur

Komunikasi dikatakan efektif bila pesan dapat diterima penerima pesan sesuai dengan apa yang dimaksud oleh pengirim pesan. Banyak cara dan pendekatan yang digunakan agar penyampaian lebih efektif. Salah satu cara yang dianggap efektif adalah dengan pendekatan humor.

Media cetak terutama surat kabar yang berfungsi memberi informasi dan pendidikan turut menggunakan pendekatan humor dalam menyampaikan pesannya kepada pembaca. Bentuk pesan yang disampaiakan dengan pendekatan humor oleh surat kabar salah satu diantaranya adalah karikatur. Rohani (1997:79) menjelaskan arti karikatur sebagai berikut:

Karikatur adalah suatu bentuk gambar yang sifatnya klise, sindirian, kritikan, dan lucu. Karikatur merupakan ungkapan perasaan seseorang yang diekspresikan agar diketahui khlayak. Karikatur seringkali berkaitan dengan masalah-masalah politik dan sosial. Karikatur sebagai media komunikasi mengandung pesan, kritik atau sendiran tanpa banyak komentar, tetapi cukup dengan dengan gambar yang sifatnya lucu sekaligus mengandung makna yang dalam atau pedas.

Shaily (1992:85) “mendefinisikan karikatur sebagai gambar yang sifatnya melebihkan suatu pertanda ciri, sifat, tindakan/tingkah laku seseorang atau kelompok manusia untuk memperolok-oloknya, mencemoohkannya, dan mencelanya dengan cara yang menggelikan”. Dalam Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer (Salim, 1991:665), “karikatur diartikan sebagai gambar olok-olok yang bersifat menyindir dan sebagainya”. Sedikit berbeda dengan Djelantik (1990:54) dalam bukunya Pengantar Dasar Ilmu Estetika mengemukakan bahwa karikatur adalah seni gambar yang mempergunakan penonjolan yang berlebihan untuk memperlihatkan ciri khas dari seorang tokoh atau makna khas dari peristiwa yang penting.

Menurut  ketiga pendapat tersebut dapat dikatan karikatur merupakan satu bagian dari kartun. Kartun yang mengandung sindiran atau kritik disebut kartun editorial. Karikatur disebut sebagai kartun editorial karena merupakan visualisasi dari tajuk rencana sebuah surat kabar.

Karikatur bukan sekadar gambar biasa yang menggambarkan sesuatu dengan sederhana atau dengan cara yang dilebih-lebihkan dengan tujuan menghadirkan sesuatu yang lucu. Menurut Sudaryanto (1999:26) “di Indonesia gambar yang bersifat dan bermaksud lucu disebut kartun sedang yang bermaksud menyindir atau mengkritik disebut karikatur”. Pendapat ini sependapat dengan pendapat Indarto (1999:21) yang mengatakan:

Ciri khas karikatur terletak pada deformasi atau distorsi wajah. Biasanya yang dijadikan obyek agresif dan digambarkan secara berlebihan terutama wajah, bertujuan untuk mendukung penampilan yang humoris. Titik tekan karikatur adalah pada kritik atau sindiran yang yang humoris, sedangkan kartun hanya menonjolkan kelucuannya. Kartun terkadang juga mengandung kritik atau sindiran, tetapi bukan hal yang utama atau ditonjolkan. Selain itu, karikatur sengaja dibuat untuk mempengaruhi opini masyarakat. Hal ini ditegaskan oleh Rivai (1991:58) ….karikatur tentang orang, gagasan atau situasi didesain untuk mempengaruhi opini masyarakat.

Menurut Indarto (1999:6) “Pokok, isi, maupun metode pengungkapan kritik yang dilukiskan secara karikaturis sangat tergantung pada isu besar yang berkembang yang dijadikan headline, serta “pangsa pasar” surat kabar itu sendiri.

Berdasarkan pendapat Indarto tersebut dapat disimpulkan bahwa karikatur bersifat aktual. Artinya pelukisan karikatur sangat tergantung pada peristiwa tertentu dan waktu tertentu pula. Pangsa pasar mengacu pada pangsa pasar pembaca. Setiap surat kabar biasanya memiliki pangsa pembaca tersendiri, misalnya kaum terpelajar, pegawai negeri, anggota masyarakat/kaum biasa, dan lain-lain. berdasarkan pangsa pembaca ini dapat dijumpai beberapa karikatur yang berani dalam mengungkapkan opininya, sementara surat kabar lain lebih lunak. Surat kabar yang memiliki pangsa pembaca kaum pelajar/akademis biasanya memuat karikatur yang lebih berani daripada surat kabar dengan pangsa pembaca dari kalangan pemerintah misalnya pegawai negeri atau anggota masyarakat biasa. Salah satu contoh karikatur dalam surat kabar “Suara Karya” yang sebagian besar pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah menghadirkan karikatur yang lebih lunak daripada karikatur yang ada dalam surat kabar “Kompas” atau “Republika” yang dikelola oleh swasta.

Karikatur sebagai salah satu bentuk opini gambar merupakan maskot dari sebuah surat kabar. Karikatur merupakan obor dari hal-hal yang dilontarkan redaksi surat kabar tertentu. Melalui analisis terhadap hal-hal yang disampaikan karikatur, pembaca dapat meraba misi yang diemban sebuah surat kabar serta tujuan-tujuan tertentu yang hendak dicapai.

2)    Karikatur dalam Penulisan Opini Siswa

Penggunaan media pembelajaran sangat membantu Kegiatan Belajar Mengajar (KBM). Pengadaannya tidak harus memerlukan biaya, waktu dan tenaga yang banyak. Benda-benda yang sering dijumpai siswa dalam kehidupan sehari-hari dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran. Dalam hal ini kreatifitas guru sangat dibutuhkan untuk memilih media yang cocok bagi siswa. Sesuatu yang nampaknya sepele akan berdaya guna tinggi bila guru mampu memanfaatkannya.

Karikatur adalah bagian dari surat kabar yang tidak asing lagi bagi siswa maupun guru. Dalam pelajar menulis, terutama menulis opini, karikatur dimungkinkan untuk digunakan sebagai media pembelajar. Berkaitan dengan hal itu Rivai (1991:61) menyatakan bahwa karikatur yang bersifat akan menarik perhatian serta menumbuhkan minat belajar siswa. Hal ini menunjukkan bahwa karikatur bisa menjadikan bahan berguna di kelas.

Karikatur memiliki kesamaan sifat dengan penulisan opini. Keduanya sama-sama mengemukakan opini namun dalam bentuk yang berbeda. Karikatur dapat bentuk gambar sedangkan opini  dalam bentuk tulisan. Apabila karikatur digunakan sebagai media pembelajaran menulis opini, maka karikatur berfungsi menstimulus siswa untuk menulis opininya tentang gambar yang diamatinya. Dengan melihat karikatur tersebut, siswa diberi kebebasan menuangkan gagasan, pendapatnya disertai argumen berdasarkan penalaran yang sistematis dan logis.

3)    Pemilihan Karikatur

Semakin bertambah surat kabar, semakin bertambah pula karikatur yang dimuah dalam surat kabar tersebut. Dari sejumlah karikatur yang ada belum tentu semuanya memiliki kriteria sebagai karikatur yang berbobot. Oleh karena itu, pengetahuan mengenai kualitas karikatur ini sangat membantu dalam memilih karikatur untuk tujuan pembelajaran.

Rivai (1991:61) menentukan beberapa teknik memilih karikatur untuk pembelajaran, yaitu:

(1) pemakaiannya sesuai dengan pengalaman siswa, (2) kesederhanaan, (3) lambang yang jelas. Pertimbangan pertama mengandung arti bahwa karikatur hendaknya dapat dimengerti oleh siswa saat karikatur itu digunakan. Pengalaman membaca dan menyimak berita-berita terbaru siswa melalui media massa yang lain sangat membantu dalam menafsirkan karikatur tersebut.

Penelitian Schaffer (lewat Rivai, 1991:59) mengungkapkan bahwa pada karikatur yang baik hanya berisi hal-hal yang penting saja. Kesederhanaan dalam karikatur mengacu pada kesederhanaan penggambaran fisik tokoh atau suasana yang ditampilkan dan singkatnya keterangan yang disertakan dalam karikatur tersebut. Beberapa karikatur tidak memerlukan keterangan sedikitpun karena gambaran fisik itu sendiri cukup mewakili gagasan yang ingin disampaikan karikaturis. Sebagai salah satu bentuk karya seni rupa, karikatur merupakan sarana yang tegas dan efektif untuk berkomunikasi dengan kesederhanaan.

Teknik pemilihan karikatur yang lebih detail untuk media pembelajaran adalah sebagai berikut :

(1)  Penggambaran bentuk karikatur yang humoris.

(2)  Adanya penonjolan bagian tertentu untuk memperlihatkan ciri khas seorang tokoh atau makna khas peristiwa penting yang hangat.

(3)  Pemakaian goresan yang efektif, sederhana dan tidak banyak perhiasan.

(4)  Penampilan karikatur yang mendukung.

(5)  Sesuai dengan pengalaman siswa.

(6)  Karikatur memuat pesan atau ide berdasarkan fakta (peristiwa yang sungguh-sungguh terjadi) dan bukan khayalan karikaturis.

(7)  Karikatur mengandung kritik terhadap peristiwa yang masih hangat.

2.2 Kerangka Berpikir

Secara teoritik karikatur merupakan suatu alat komunikasi yang  efektif untuk menyampaikan pesan kepada, sebab melalui karikatur penulis dapat menyampaikan pesan, baik kritik amupun saran kepada pembaca yang ditujunya. Sebab karikatur terkandung makna dan simbol ironis yang sangat bermakna. Sehubungan dengan itu, karikatur ini diketengahkan kehadapan anak didik akan dapat memancing opini siswa terhadap suatu permasalahan yang muncul. Oleh sebab itu, penulis beranggapan melaluipenerapan  media karikatur ini dapat meningkatkan prestasi keterampilan menulis opini siswa.

2.3 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian, maka penulis dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut:

  1. Adanya pengaruh yang positif penggunaan media karikatur terhadap prestasi keterampilan menulis opini siswa kelas II SMA Negeri 3 Bengkalis.
  2. Adanya perbedaan prestasi keterampilan menulis siswa kelas II SMA Negeri 3 Bengkalis antara yang tidak menggunakan media karikatur dengan yang menggunakan media karikatur.

Bab III

Metodologi Penelitian

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Bengkalis. Kegiatan penelitian ini dilakukan di kelas II Semester I Tahun Pelajaran 2004/2005.

3.2 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Variabel yang diteliti dalam penielitian ini, terdiri atas variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas penelitian ini adalah media karikatur, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi keterampilan menulis opini.

Disain eksperimen adalah suatu rancangan percobaan yang sedemikian sehinga informasi yang diperlukan yang berhubungan dengan persoalan yang sedang diselidiki dapat dikumpulkan, kelompok yang diberi treatmen tersebut disebut dengan esperimen, sedangkan kelompok siswa yang tidak diberi treatmen disebut kelompok kontrol.

3.3 Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian atau universe, sedangkan sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti, yang dianggap mewakili terhadap seluruh populasi dan diambil dengan menggunakan teknik tertentu disebut sampel penelitiaan” (Ali, 1985:54).

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II Semester I SMA Negeri 3 Bengkalis Tahun Pelajaran 2004/2005.

Sampel penelitian ini adalah sebahagian dari  kelas populasi . Teknik pengambilan sampel yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah teknik ‘Random Sampling’, yaitu setiap anggota/kelas  populasi memperoleh kesempatan yang sama untuk diambil menjadi sampel. Pemilihan sampel ini penulis lakukan dengan cara undian.

Setelah dilakukan pengundian, maka terpilihnya kelas II.1 sebagai kelas Eksperimen dan kelas II.5 sebagai kelas kontrol.

3.4 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan variabel yang diteliti. Untuk memperoleh data tentang prestasi keterampilan menulis siswa disusun tes. Tes ini untuk mengukur kemampuan atau prestasi keterampilan menulis seorang siswa setelah mendapatkan perlakukan. Tes yang digunakan berbentuk essay, dan diberikan pada waktu ulangan.

3.5 Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Sebelum digunakan pada penelitian instrumen harus valid dan reliabel, karena reliabilitas dan validitas adalah kriteria utama untuk menilai kualitas semua alat dalam proses pengukuran.

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah t-test untuk mengetahui perbedaan kelompok yang mendapatkan perlakuan Karikatur dan kelompok yang tidak mendapatkan Karikatur, yang sebelumnya sudah diperiksa kenormalannya dan homogenitasnya. Perhitungan normalitas data dilakukan dengan menggunakan uji Lillifors. Sedangkan, untuk menghitung homogenitas data digunakan uji Bartlett, karena uji ini memberikan hasil yang lebih akurat.

3.7 Hipotesis Statistik

Hipotesis :         Ho : mx = my

Hi : mx = my

Bab IV

Hasil Penelitian

4.1 Deskripsi Data

Untuk keperluan analisis data, terlebih dahulu data dikumpulkan kemudian ditabulasi. Guna memberikan gambaran umum mengenai penyebaran data atau distribusi data dihitung ukuran letaknya. Data tersebut dirangkum pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Rangkuman Data Hasil Ulangan Siswa

Kelompok Kelas Eksperimen Kelas Kontrol SKBM

Data

74 43 59 65 68 82 79 76 74 68

65

65 68 71 82 68 65 62 59 56 56
47 68 74 94 53 53 56 53 53 50
91 76 56 62 68 50 47 50 41 35
74 88 91 44 53 74 71 68 65 62
94 50 56 68 74 62 65 62 59 56
59 71 74 76 79 47 53 50 44 50
82 82 85 97 44 38 35 27

Rekapitulasi skor pencapaian ketuntasan belajar siswa yang didapatkan dari ulangan  adalah sebagai berikut:

Tebel 4.2

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Data

Data Statistik

Media

Rata

Rata

SD

Median

Simpn

Baku

Varian

Skor

Min

Skor

Maks

SKBM
Media Karikatur 70 12,005 70 16,88 41,86 43 97

65

Tanpa Pmedia Karikatur 54 12,005 54 16.88 42,51 27 81

4.2 Pengujian Persyaratan Analisis Data

  1. 1. Uji Normalitas

Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Lillifors yang dikenakan pada kedua kelompok data. Dari hasil perhitungan Lillifors terlihat bahwa nilai Lo untuk kedua kelompok lebih kecil daripada L tabel. Dengna demikian dapat disimpulkan data berasal dari populasi yang berdistribusi normal (lihat Lampiran 1 Uji Lillifors).

  1. 2. Uji Homogenitas Variansi Populasi

Pengujian Homogenitas varian populasi untuk kedua kelompok data dilakukan dengan menggunakan uji Bartlett. Dari hasil perhitungan didapat X2 H = 0,8224 dan X2 t = (0,95:1) = 3,81, untuk a = 0,05  db 2-1 dengan demikian X2 H = 0,8224 < X2 T = (0,951:1) = 3,84, maka terima Ho.

Kesimpulan: Kedua kelompok data berasal dari sampel yang homogen.

4.3 Pengujian Hipotesis

Menentukan pengaruh perlakuan eksperimen antara kelompok siswa yang mendapatkan media karikatur dengan siswa yang tidak mendapatkan media karikatur, maka perlu dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji t (t-test). Dari perhitungan tersebut didapatkan thitung 6,809 dan ttabel 1,99.

Dengan demikian t hitung = 6,809 > t tabel = 1,99 pada  taraf signifikansi 0,05. Artinya tolak Ho dan terima HI . Dengan demikian pengaruh media karikatur lebih tinggi dan sangat signifikan daripada siswa yang tidak mendapatkan media karikatur dalam pembelajaran menulis opini.

Selanjutnya dilakukan uji perbedaan varians yang dilakukan dengan uji F. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh nilai F hitung sebesar  1, sedangkan nilai F tabel pada taraf signifikansi a = 0,05 = 1,69. Dengan demikian  F hitung 1 < f tabel 1,69. Maka terima HoÞ sampel homogen.

4.4 Interprestasi Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis yang telah diuraikan di tas, terlihat bahwa di dalam pencapaian prestasi keterampilan menulis opini bagi siswa yang mendapatkan karikatur lebih tinggi jika dibandingkan dengan siswa yang tidak mendapatkan karikatur.

Hasil pegujian tersebut telah berhasil menolak hipotesis nol yang menyatakan tidak ada pengaruh atau perbedaan dalam peningkatan prestasi keterampilan menulis opini siswa dengan menggunakan media karikatur dengan siswa yang tidak mendapatkan media karikatur. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji t , dimana hasil uji t hitung adalah 6,809, sedangkan nilai dari tabel distribusi t pada taraf signifikansi a = 0,05 = 1,99. Berati t hitung < f tabel. , artinya pengaruh media karikatur lebih tinggi dan sangat signifikan daripada siswa yang tidak mendapatkan media karikatur dalam belajar Bahasa Indonesia aspek menulis opini.

Bab V

Penutup

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, bahwa media karikatur sangat berpengaruh dalam pencapaian ketuntasan belajar siswa, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia aspek menulis opini. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan uji t yang diperoleh bahwa nilai thitung 6,809, sedangkan nilai dari dari distribusi ttabel pada taraf siginifikansi a = 0,05 Þ 1,99, maka ( thitung > ttabel). Artinya pengaruh media karikatur lebih tinggi dan sangat signifikan daripada siswa yang tidak mendapatkan media karikatur dalam belajar Bahasa Indonesia aspek menulis opini.

5.2 Saran-saran

Berdasarkan hasil penelitian ini dan selanjutnya ditarik kesimpulan, maka penulis menyaran sebagai berikut:

1)    Meningkatkan hasil belajar Bahasa  Indonesia hendaknya menggunakan media karikatur, sehingga dapat memenimalkan kegagalan siswa dalam pembelajaran.

2)    Memotivasi siswa dalam pembelajaran di SMA khususnya mata pelajaran Bahasa Indonesia,  penulis menyarankan menerapkan atau menggunakan media karikatur.

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Muchsin. 1988. Materi Dasar Pengajaran Komposisi. Jakarata : Departeemen Pengawasan P dan K.

Djelantik, A. A. M. Pengantar Ilmu Estetika. Denpasar : STSI.

Effendi,  Syofian . 1981. Metode Penelitian. Jakarta.  LP3ES.

Fachrudin, A.E. 1988. Dasar-Dasar Keterampilan Menulis. Jakarta : Depdikbud.

Indarto, Kuss. 1999. Sketsa di Tanah Mendeka, Kumpulan Karikatur. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Keraf, Gorys. 1996. Terampil Berbahasa Indonesia 1. Jakarta : Balai Pustaka.

……………. . 1997. Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Ende Flores : Nusa Indah.

Madya, S. 1994. Panduan Penelitian Tindakan . Yogyakarata : Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Ramlan, M. 1993. Paragraf, Alur Pikir dan Kepaduannya dalam Berbahasa Indonesia. Yogyakarta: UNY.

Rivai, Ahmad. 1991. Media Pengajaran. Bandung : Bina Baru.

Rohani, Ahmad. 1997. Media Instruksional Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.

Santoso, Joko. 1998. Wawasan Sosial Budaya dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia sebuah Tantangan bagi Program Pendidikan Guru. Yogyakarta : Pusat Pengabdian pada Masyarakat IKIP Yogyakarta.

Shaily, Hasan. 1992. Ensiklopedi Indonesia. Jakarata : PT Ichtiar Baru.

Sudaryanto, dkk. 1999. Pengembangan Potensi Diri Mahasiswa Paket Jurnalistik dalam mencari Sumber Informasi untuk belajar Mandiri. Yogyakarta : FPBS UNY.

Suseno, Slamet. 1995. Teknik Penulisan Karya Ilmiah Populer. Jakarta : Gramedia.

Syafe’I, Imam. 1988. Retorika dalam Menulis. Jakarta : Departemen P dan K.

Syamsi, K. 1999. Peningkatan Keterampilan Menulis SD (Laporan Penelitian). Yogyakarta : IKIP Yogyakarta.

Lampiran 1 Simpangan Baku Kelas Eksperimen

No Xi Xi2
01 43 1849
02 46 2116
03 49 2401
04 52 2704
05 55 3025
06 58 3364
07 61 3721
08 64 4096
09 67 4489
10 70 4900
11 73 5329
12 76 5776
13 79 6241
14 82 6724
15 85 7225
16 88 7744
17 91 8281
18 94 8836
19 97 9409
JLH. 1330 98230

Rata-rata

Ẋ       =

=

= 70,00

S2 =

=

=

=

= 285

=

S2 = 16,88

Lampiran 2 Simpangan Baku Kelas Kontrol

No Xi Xi2
01 27 729
02 30 900
03 33 1089
04 36 1296
05 39 1521
06 42 1764
07 45 2025
08 48 2304
09 51 2601
10 54 2916
11 57 3249
12 60 3600
13 63 3969
14 66 4356
15 69 4761
16 72 5184
17 75 5625
18 78 6084
19 81 6561
JLH. 1026 60534

Ẋ       =

=

= 54,00

S2 =

=

=

=

= 285

=

S2 = 16,88

Lampiran 3 Rangkuman Hasil Homogenitas Variansi Populasi Uji Bartlet

Pada Taraf Signifikansi 0,05

Klpk db 1/db Si Si2 Log S1.2 dbLogSi.2
I 38 0,026 16,88 284,9344 2,4547 93,2786
II 38 0,026 16,88 284,9344 2,4547 93,2786
JLH 76 0,052 186,5572

Varian Gabungan

S2 =

=

=

=

S2 = 284,9344

LogS2 = Log 284,9344

= 2,45

Harga B

B         = (Σdb) Log S2

= 76 x 2,45

= 186,2

Harga X2

X2 = (In 10)

= 2,3026 x 0,3572

= 0,8224

Untuk

db        = 2-1

Xi2 = (095:1) = 3,84

Karena X2 hit < X2tabel, yaitu 0,8224 < 3,84

Kesimpulan : Kedua kelompok data berasal dari populasi yang homogen.

Lampiran 4 Uji Lilifors Kelas Eksperimen

No Xi F Zi F(Zi) S(ZI) F(Zi)-S(Zi)
01 43 2 -1,60 0,0548 0,053 0,0022
02 46 1 -1,42 0,0778 0,105 0,0275
03 49 1 -1,24 0,1075 0,158 0,0504
04 52 2 -1,07 0,1423 0,211 0,0682
05 55 1 -0,89 0,1801 0,263 0,0831
06 58 2 -0,71 0,2389 0,316 0,0769
07 61 1 -0,53 0,2981 0,368 0,0703
08 64 2 -0,36 0,1594 0,421 0,2617
09 67 6 -0,18 0,4286 0,474 0,0451
10 70 2 0,00 0,5000 0,526 0,0263
11 73 5 0,18 0,5714 0,579 0,0075
12 76 3 0,36 0,6406 0,632 0,0090
13 79 1 0,53 0,7019 0,684 0,0177
14 82 3 0,71 0,7611 0,737 0,0243
15 85 1 0,89 0,8133 0,789 0,0238
16 88 1 1,07 0,8577 0,842 0,0156
17 91 2 1,24 0,8925 0,895 0,0022
18 94 2 1,42 0,9222 0,947 0,0252
19 97 1 1,60 0,9452 1,000 0,0548
JLH. 1330 39

Kelas Eksperimen

Ukuran Sampel           = 39

Rata-rata                     = 70,00

Simpangan Baku         = 16,88

Lo        = Nilai Hitung

Lt        = Nilai Tabel

Dari kolom terakhir pada daftar di atas didapat Lo=0,0548 dengan n=19 dan tarif nyata 0,05 dari daftar didapat Lt=0,195 yang lebih besar daripada Lo=0,0548. Dengan demikian, hipotesis nol diterima. Kesimpulannya, bahwa populasi berdistribusi normal.

Lampiran 5 Uji Lilifors Kelas Kontrol

No Xi F Zi F(Zi) S(Zi) F(Zi)-S(Zi)
01 27 1 -1,60 0,0548 0,053 0,0022
02 30 1 -1,42 0,0778 0,105 0,0275
03 33 2 -1,24 0,1075 0,158 -0,0504
04 36 1 -1,07 0,1423 0,211 -0,0682
05 39 1 -0,89 0,1801 0,263 -0,0831
06 42 2 -0,71 0,2389 0,316 -0,0769
07 45 2 -0,53 0,2981 0,368 -0,0703
08 48 5 -0,36 0,1594 0,421 -0,2617
09 51 4 -0,18 0,4286 0,474 -0,0451
10 54 4 0.00 0,5000 0,526 0,0263
11 57 2 0,18 0,5714 0,579 0,0075
12 60 4 0,36 0,6406 0,632 0,0090
13 63 3 0,53 0,7019 0,687 0,0177
14 66 2 1.71 0,7611 0,737 0,0243
15 69 1 1,89 0,8133 0,789 0,0238
16 72 1 1,07 0,8577 0,842 0,0156
17 75 1 1,24 0,8925 0,895 0,0022
18 78 1 1,42 0,9222 0,947 0,0252
19 81 1 1,60 0,9452 1,000 0,0548
JLH. 1026 39

Kelas Kontrol

Ukuran Sampel           = 39

Rata-rata                     = 54,00

Simpangan Baku         = 16,88

Lo        = Nilai Hitung

Lt        = Nilai Tabel

Dari kolom terakhir pada daftar di atas didapat Lo=0,0548 dengan n=19 dan tarif nyata 0,05 dari daftar didapat Lt=0,195 yang lebih besar daripada Lo=0,0548. Dengan demikian, hipotesis nol diterima. Kesimpulannya, bahwa populasi berdistribusi normal.

Lampiran 6

Uji perbedaan Varian (Uji F)

Fhitung =

=

=

= 1,00

Jumlah Sampel dk F hit T. Tabel
Nx-1

Ny-1

39

39

1,00

Keputusan

Fhitung = 1,00 < F tabel           = 1,69

Maka terima Ho  berarti sampel homogen

Lampiran 7 T Test

Thitung = ­

= ­

= ­

=

=

= 4,186

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARIKATUR TERHADAP

PRESTASI KETERAMPILAN MENULIS OPINI

SISWA KELAS II SMA NEGERI 3 BENGKALIS

TAHUN PELAJARAN 2004/2005

Disusun Oleh

Drs. Baharudin

NIP 132 063 377

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKALIS

DINAS PENDIDIKAN

SMA NEGERI 3 BENGKALIS

TAHUN 2004

LEMBAR PENGESAHAN

Karya tulis ini telah disyahkan

Untuk diajukan kepada Team Penetapan

Angka Kredit Jabatan Guru

Disyahkan         : Di Bengkalis

Tanggal              : 1 Desember  2004

Kepala SMAN 3 Bengkalis

D  A  R ‘  I, S. Pd.

NIP 131 163 318

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sanjungkan kehadirat Allah Ilahi yang Maha Pengasih lagi Maha Bijaksana dan Penyayang. Berkat rahmat dan ridho-Nya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini untuk memenuhi sebagian syarat kelengkapan kenaikan jabatan guru (IV/A ke IV/B). Shalawat dan salam tak lupa penulis hadiahkan atas junjungan penulis Nabi Muhammad SAW beserta sahabat dan keluarganya.

Karya ilmiah ini penulis beri judul “Penggaruh Penggunaan Media Karikatur Terhadap Prestasi Keterampilan Menulis Opini Siswa Kelas II SMA Negeri 3 Bengkalis”. Adapun alasan penulis memilih judul tersebut adalah, karena penulis menyadari bahwa dengan kegiatan menulis dapat memunculkan ide, melatih kemampuan mengorganisasi, melatih sikap objektif, dan juga dapat membantu diri kita untuk menyerap dan memproses informasi. Sehubungan dengan itu perlu ditemukan suatu pendekatan, supaya anak didik mampu untuk menuangkan ide-ide bernasnya. Oleh sebab itu, penulis mencoba menerapkan media karikatur sebagai salah satu unsur untuk meningkat prestasi menulis siswa tersebut.

i

Selesainya karya ilmiah ini, berkat bantuan dari teman-teman sejawat, oleh sebab itu izinkanlah penulis mengucapkan terima kasih yang tak terhingganya. Dan tak lupa pula penulis mengucapkan terima kepada Kepala SMA Negeri 3 Bengkalis, yang telah memberi dukungan kepada penulis, sehingga karya ilmiah ini selesai sesuai dengan rencana.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa karya ilmiah jauh dari kesempurnaan atau masih banyak terdapat kelemahan dan kekuranagannya, sehubungan dengan itu, penulis mohon kritik dan saran dari semua pihak, sehingga karya ilmiah memenuhi harapan yang diharapkan.

Akhirnya penulis berharap semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi kita semua terutama bagi pengembangan pengajaran di negara kita. Demikian, semoga Allah meridhoi segala usaha kita bersama. Amin…

Penulis, 

ii

LEMBAR PENGESAHAN

Judul

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA KARIKATUR TERHADAP

PRESTASI KETERAMPILAN MENULIS OPINI

SISWA KELAS II SMA NEGERI 3 BENGKALIS

TAHUN PELAJARAN 2004/2005

Karya tulis ini telah didokumentasikan/dipublikasikan

Di Perpustakaan SMA Negeri 3 Bengkalis

Kabupaten Bengkalis, Riau

Disyahkan         : Di Bengkalis

Tanggal              : 01 Desember 2004

Mengesyahkan

Pengurus Perpustakaan SMA Negeri 3 Bengkalis

Kabupaten Bengkalis

M  U  S  A, S. Pd.

NIP 132 169 906


Aksi

Information

Satu tanggapan

15 07 2012
Ana Monica Rufisa

Reblogged this on anamrufisa.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.