Program Pendidikan Lingkungan Hidup (Plh) Dengan Partisipasi Mahasiswa Dalam Kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (Kkm) Kepada Pelajar Sekolah

15 04 2010

BAB 1

PENDAHULUAN

  1. A. Latar Belakang

Sumberdaya alam dapat dikelola secara lestari dan berkelanjutan jika masyarakat paham dan memiliki pengetahuan tentang pentingnya pelestarian dan pengelolaan Lingkungan secara berkelanjutan. Sebagai sebuah upaya untuk mengubah cara pandang dan perilaku segenap komponen masyarakat agar memiliki kepedulian dan kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya kelestarian lingkungan.

Mahasiswa merupakan agen perubah atau agen of change yang idealnya peduli terhadap masalah dilingkungannya dan dapat menjadi motor dalam menangani masalah yang ada. Salah satu wujud kegiatan mahasiswa dalam rangka Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) adalah Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) yang dapat dijadikan salah satu media untuk menyampaikan informasi lingkungan kepada masyarakat. Selama ini kegiatan KKM Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura hanya membantu pelaksanaan program masyarakat di desa tempat berlangsungnya kegiatan tersebut dan belum mempunyai program khusus terutama untuk menimbulkan kesadaran masyarakat akan arti pentingnya lingkungan yang lestari.

Pendidikan lingkungan merupakan salah satu faktor penting untuk mengurangi kerusakan lingkungan hidup dan merupakan sarana yang penting dalam menghasilkan Sumber daya manusia yang dapat melaksanakan prinsip pembangunan yang berkelanjutan. Pendidikan lingkungan dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kepedulian masyarakat dalam mencari pemecahan dan pencegahan timbulnya masalah yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan yang dampaknya sudah bisa kita rasakan bersama, seperti berbagai bencana alam yang akhir-akhir ini sering terjadi baik di belahan bumi indonesia maupun. Kegiatan pendidikan lingkungan memerlukan metode atau pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik persoalan dan kelompok sasaran yang dihadapi.

Menurut anonim (2007), Pendidikan lingkungan tidak akan merubah situasi dan kondisi lingkungan yang rusak menjadi baik. Memberikan pelatihan lingkungan kepada masyarakat usia sekolah akan menghasilkan masyarakat yang sadar akan betapa pentingnya keadaan lingkungan yang seimbang untuk kehidupan yang sempurna. Namun pendidikan lingkungan tidak dapat dilakukan dalam waktu yang singkat, melainkan membutuhkan  proses untuk menciptakan sumber daya manusia yang peduli akan lingkungan. Atas dasar itulah Pendidikan lingkungan harus diberikan sedini mungkin, agar dapat mengurangi kerusakan lingkungan.

Sebagai contohnya adalah bencana kebakaran hutan dan pembukaan lahan dengan cara membakar yang selalu terjadi dari tahun ke tahun, hal ini disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat sekitar kawasan hutan untuk menjaga lingkungan dalam hal pembukaan lahan. Dengan adanya pendidikan lingkungan merupakan upaya memperkenalkan siswa sekolah pada lingkungan sebenarnya yang sudah ada dalam program 5K, Keindahan, Kerapian, Kebersihan, Kepribadian dan Keamanan (Nugroho, 2007)

Sjarkowi (2005) menyatakan bahwa untuk membangun kadar pemahaman yang seimbang tentang peran aktif manusia ditengah pelestarian lingkungan hidup, dapat berkembang secara optimal, khususnya terkait dengan cara sajian pelajaran dan suasana pembelajaran. Disinilah pentingnya pendidikan lingkungan dapat diterapkan untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terjadi di lingkungan.

  1. B. Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah yang dapat disusun dalam karya tulis ini adalah:

  1. Bagaimana program alternatif KKM yang sesuai untuk menimbulkan kesadaran siswa sekolah akan pentingnya lingkungan?
  2. Bagaimana penerapan program pendidikan lingkungan hidup (PLH) dalam kegiatan KKM?
  3. Bagaimana tahapan pelaksanaan program PLH dalam kegiatan KKM bagi siswa sekolah?

  1. C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah :

  1. Untuk mengetahui program alternatif KKM yang sesuai untuk menimbulkan kesadaran siswa sekolah akan pentingnya lingkungan.
  2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan program pendidikan lingkungan hidup (PLH) dalam kegiatan KKM.
  3. Untuk mengetahui bagaimana tahapan pelaksanaan  program PLH dalam kegiatan KKM kepada siswa sekolah.
  4. D. Manfaat Penulisan

Dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah dan pihak sekolah akan pentingnya pendidikan lingkungan hidup bagi siswa/i sekolah. Selain itu dapat dijadikan masukan untuk kegiatan Kuliah Kerja Mahasiswa (KKM) Fakultas Kehutanan Universitas Tanjungpura.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

  1. A. Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup
    1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Tingkat Internasional

Pada tahun 1975, sebuah lokakarya internasional tentang pendidikan lingkungan hidup diadakan di Beograd, Jugoslavia. Pada pertemuan tersebut dihasilkan pernyataan antar negara peserta mengenai pendidikan lingkungan hidup yang dikenal sebagai “The Belgrade Charter – a Global Framework for Environmental Education“.

Secara ringkas tujuan pendidikan lingkungan hidup yang dirumuskan dalam Belgrade Charter tersebut di atas adalah sbb:

  1. Meningkatkan kesadaran dan perhatian terhadap keterkaitan bidang ekonomi, sosial, politik serta ekologi, baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.
  2. Memberi kesempatan bagi setiap orang untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu dan kolektif untuk menyelesaikan masalah lingkungan saat ini dan mencegah munculnya masalah baru.
  3. Menciptakan satu kesatuan pola tingkah laku baru bagi individu, kelompok-kelompok dan masyarakat terhadap lingkungan hidup.

  1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di tingkat ASEAN

Program pengembangan pendidikan lingkungan bukan merupakan hal yang baru di lingkup ASEAN. Negara-negara anggota ASEAN telah mengembangkan program dan kegiatannya sejak konferensi internasional pendidikan lingkungan hidup pertama di Belgrade tahun 1975. Sejak dikeluarkannya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005, masing-masing negara anggota ASEAN perlu memiliki kerangka kerja untuk pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan. Indonesia sebagai negara anggota ASEAN turut aktif dalam merancang dan melaksanakan ASEAN Environmental Education Action Plan 2000-2005. Pada intinya ASEAN Environmental Education Action Plan 2000 – 2005 ini merupakan tonggak sejarah yang penting dalam upaya kerja sama regional antar sesama negara anggota ASEAN dalam turut meningkatkan pelaksanaan pendidikan lingkungan di masing-masing negara anggota ASEAN.

  1. Perkembangan Pendidikan Lingkungan Hidup di Indonesia

Di Indonesia perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 1975 dimana IKIP Jakarta untuk pertama kalinya merintis pengembangan pendidikan lingkungan dengan menyusun Garis-garis Besar Program Pengajaran Pendidikan Lingkungan Hidup yang diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta pada periode tahun 1977/1978.

Pada tahun 1979 dibentuk dan berkembang Pusat Studi Lingkungan (PSL) di berbagai perguruan tinggi negeri dan swasta. Bersamaan dengan itu pula mulai dikembangkannya pendidikan AMDAL oleh semua PSL di bawah koordinasi Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg-PPLH). Saat ini jumlah PSL yang menjadi anggota BKPSL telah berkembang menjadi 87 PSL, di samping itu berbagai perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mulai mengembangkan dan membentuk program khusus pendidikan lingkungan, misalnya di Jurusan Kehutanan IPB.

Pada jenjang pendidikan dasar dan menegah (menengah umum dan kejuruan), penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara integratif dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam hampir semua mata pelajaran. Sejak tahun 1989/1990 hingga saat ini berbagai pelatihan tentang lingkungan hidup telah diperkenalkan oleh Departemen Pendidikan Nasional bagi guru-guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Kejuruan.

Prakarsa pengembangan pendidikan lingkungan juga dilakukan oleh berbagai LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan (JPL) antara LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap pendidikan lingkungan. Hingga tahun 2001 tercatat 76 anggota JPL yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan pendidikan lingkungan.

Sehubungan dengan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia, Kelompok Kerja Pendidikan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan Hidup (Pokja PKSDH & L) telah membagi perkembangan kegiatan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia ke dalam tiga periode, yaitu :

  1. Periode 1969-1983 (periode persiapan dan peletakan dasar)

Usaha pengembangan pendidikan LH ini tidak bisa dilepaskan dari hasil Konferensi Stockholm pada tahun 1972 yang antara lain menghasilkan rekomendasi dan deklarasi antara lain tentang pentingnya kegiatan pendidikan untuk menciptakan kesadaran masyarakat dalam melestarikan lingkungan hidup. Salah satu kegiatan yang mempelopori pengembangan pendidikan lingkungan hidup di Indonesia dilakukan oleh IKIP Jakarta pada tahun yaitu dengan menyusun Garis-garis Besar Pendidikan dan Pengajaran (GBPP) bidang lingkungan hidup untuk pendidikan dasar. Pada tahun 1977/1978, GBPP tersebut kemudian diujicobakan pada 15 SD di Jakarta. Selain itu penyusunan GBPP untuk pendidikan dasar, beberapa perguruan tinggi juga mulai mengembangkan Pusat Studi Lingkungan (PSL) yang salah satu aktivitas utamanya adalah melaksanakan kursus-kursus mengenai analisis dampak lingkungan (AMDAL). Program studi lingkungan dan konservasi sumberdaya alam di beberapa perguruan tinggi juga mulai dikembangkan.

  1. Periode 1983-1993 (periode sosialisasi)

Pada periode ini, kegiatan pendidikan lingkungan hidup baik di jalur formal (sekolah) maupun di jalur non formal (luar sekolah) telah semakin berkembang. Pada jalur pendidikan formal, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, materi pendidikan yang berkaitan dengan lingkungan hidup dan konservasi SDA telah diintegrasikan ke dalam kurikulum 1984. Selama periode ini, berbagai pusat studi seperti Pusat Studi Kependudukkan (PSK) dan Pusat Studi Lingkungan (PSL) baik di perguruan tinggi negeri maupun pergurutan tinggi swasta terus bertambah jumlah dan aktivitasnya. Selain itu, program-program studi pada jenjang S1, S2, dan S3 yang berkaitan dengan pengelolaan lingkungan hidup dan sumberdaya alam juga terus berkembang. Bahkan isu dan permasalahan lingkungan hidup telah diarahkan sebagai bagian dari Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) yang harus diterima oleh semua mahasiswa pada semua program studi atau disiplin ilmu.

Perhatian terhadap upaya pengembangan pendidikan lingkungan hidup oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan juga terus meningkat, khususnya pada jenjang pendidikan dasar dan menengah, yaitu dengan terus dimantapkannya program dan aktivitasnya melalui pembentukkan Bagian Proyek KLH sebagai salah satu unit kegiatan di Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen). Pada periode ini sosialiasasi masalah lingkungan hidup juga dilakukan terhadap kalangan administratur negara dengan memasukkan materi kependudukkan dan lingkungan hidup ke dalam kurikulum penjenjangan tingkat Sepada, Sepadya, dan Sespa pada Diklat Lembaga Administrasi Negara (LAN) tahun 1989/1990. Di samping itu, selama periode ini pula banyak LSM serta lembaga nirlaba lainnya yang didirikan dan ikut mengambil peran dalam mendorong terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya perilaku ramah lingkungan. Secara keseluruhan, perkembangan kegiatan pendidikan, penyuluhan, dan penyadaran masyarakat di atas tidak saja terjadi di Jakarta tetapi juga di daerah-daerah lainnya.

  1. Periode 1993 – sekarang (periode pemantapan dan pengembangan)

Salah satu hal yang menonjol dalam periode ini adalah ditetapkannya Memorandum Bersama antara Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dengan Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 0142/U/1996 dan No Kep: 89/MENLH/5/1996 tentang Pembinaan dan Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup, tanggal 21 Mei 1996. Sejalan dengan itu, Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) Departemen P & K juga terus mendorong pengembangan dan pemantapan pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di sekolah-sekolah antara lain melalui penataran guru, penggalakkan bulan bakti lingkungan, penyiapan Buku Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup (PKLH) untuk Guru SD, SLTP, SMU dan SMK , program sekolah asri, dan lain-lain. Selain itu, berbagai insiatif dilakukan baik oleh pemerintah, LSM, maupun erguruan tinggi dalam mengembangkan pendidikan lingkungan hidup melalui kegiatan seminar, sararasehan, lokakarya, penataran guru, pengembangan sarana pendidikan seperti penyusunan modul-modul integrasi, buku-buku bacaan dan lain-lain.

Walaupun perhatian terhadap langkah-langkah pengembangan pendidikan lingkungan hidup pada satu atau dua tahun terakhir ini semakin meningkat, baik untuk pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah, namun harus diakui bahwa masih banyak hal yang perlu terus selalu diperbaiki agar pendidikan lingkungan hidup dapat lebih memasyarakat secara konsisten dan berkelanjutan. Dengan demikian, kegiatan pendidikan lingkungan hidup yang dilaksanakan mulai jenjang pra sekolah, pendidikan dasar, pendidikan menengah, hingga pendidikan tinggi melalui berbagai bentuk kegiatan dapat memberikan hasil yang optimal

  1. B. Pendidikan Lingkungan hidup

Menurut menteri Pendidikan lingkungan hidup adalah upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.

Salah satu puncak perkembangan pendidikan lingkungan adalah dirumuskannya tujuan pendidikan lingkungan hidup menurut UNCED adalah sebagai berikut: Pendidikan lingkungan Hidup (environmental education – EE) adalah suatu proses untuk membangun populasi manusia di dunia yang sadar dan peduli terhadap lingkungan total (keseluruhan) dan segala masalah yang berkaitan dengannya, dan masyarakat yang memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan tingkah laku, motivasi serta komitmen untuk bekerja sama , baik secara individu maupun secara kolektif , untuk dapat memecahkan berbagai masalah lingkungan saat ini, dan mencegah timbulnya masalah baru [UN – Tbilisi, Georgia – USSR (1977) dalam Unesco, (1978).

Pendidikan lingkungan hidup memasukkan aspek afektif yaitu tingkah laku, nilai dan komitmen yang diperlukan untuk membangun masyarakat yang berkelanjutan (sustainable). Pencapaian tujuan afektif ini biasanya sukar dilakukan. Oleh karena itu, dalam pembelajaran guru perlu memasukkan metode-metode yang memungkinkan berlangsungnya klarifikasi dan internalisasi nilai-nilai.

Dalam Pendidikan lingkungan hidup perlu dimunculkan atau dijelaskan bahwa dalam kehidupan nyata memang selalu terdapat perbedaan nilai-nilai yang dianut oleh individu. Perbedaan nilai tersebut dapat mempersulit untuk derive the fact, serta dapat menimbulkan kontroversi/pertentangan pendapat. Oleh karena itu, Pendidikan lingkungan hidup perlu memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun ketrampilan yang dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah. Beberapa ketrampilan yang diperlukan untuk memecahkan masalah adalah sebagai berikut ini :

  1. Berkomunikasi: mendengarkan, berbicara di depan umum, menulis secara persuasive, desain grafis;
  2. Investigasi (investigation): merancang survey, studi pustaka, melakukan wawancara, menganalisa data;
  3. Ketrampilan bekerja dalam kelompok (group process): kepemimpinan, pengambilan keputusan dan kerjasama.

Dalam melakukan Pendidikan lingkungan hidup haruslah:

  1. Mempertimbangkan lingkungan sebagai suatu totalitas — alami dan buatan, bersifat teknologi dan sosial (ekonomi, politik, kultural, historis, moral, estetika);
  2. Merupakan suatu proses yang berjalan secara terus menerus dan sepanjang hidup, dimulai pada jaman pra sekolah, dan berlanjut ke tahap pendidikan formal maupun non formal;
  3. Mempunyai pendekatan yang sifatnya interdisipliner, dengan menarik/mengambil isi atau ciri spesifik dari masing-masing disiplin ilmu sehingga memungkinkan suatu pendekatan yang holistik dan perspektif yang seimbang.
  4. Meneliti (examine) issue lingkungan yang utama dari sudut pandang lokal, nasional, regional dan internasional, sehingga siswa dapat menerima insight mengenai kondisi lingkungan di wilayah geografis yang lain;
  5. Memberi tekanan pada situasi lingkungan saat ini dan situasi lingkungan yang potensial, dengan memasukkan pertimbangan perspektif historisnya;
  6. Mempromosikan nilai dan pentingnya kerjasama lokal, nasional dan internasional untuk mencegah dan memecahkan masalah-masalah lingkungan;
  7. Secara eksplisit mempertimbangkan/memperhitungkan aspek lingkungan dalam rencana pembangunan dan pertumbuhan;
  8. Memampukan peserta didik untuk mempunyai peran dalam merencanakan pengalaman belajar mereka, dan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan dan menerima konsekuensi dari keputusan tersebut;
  9. Menghubungkan (relate) kepekaan kepada lingkungan, pengetahuan, ketrampilan untuk memecahkan masalah dan klarifikasi nilai pada setiap tahap umur, tetapi bagi umur muda (tahun-tahun pertama) diberikan tekanan yang khusus terhadap kepekaan lingkungan terhadap lingkungan tempat mereka hidup;
  10. Membantu peserta didik untuk menemukan (discover), gejala-gejala dan penyebab dari masalah lingkungan;
  11. Memberi tekanan mengenai kompleksitas masalah lingkungan, sehingga diperlukan kemampuan untuk berfikir secara kritis dengan ketrampilan untuk memecahkan masalah.
  12. Memanfaatkan beraneka ragam situasi pembelajaran (learning environment) dan berbagai pendekatan dalam pembelajaran mengenai dan dari lingkungan dengan tekanan yang kuat pada kegiatan-kegiatan yang sifatnya praktis dan memberikan pengalaman secara langsung (first – hand experience).

Karena langsung mengkaji masalah yang nyata, Pendidikan Lingkungan Hidup dapat mempermudah pencapaian ketrampilan tingkat tinggi (higher order skill) seperti :
1.berfikir kritis
2.berfikir kreatif
3.berfikir secara integratif
4. memecahkan masalah.

Persoalan lingkungan hidup merupakan persoalan yang bersifat sistemik, kompleks, serta memiliki cakupan yang luas. Oleh sebab itu, materi atau isu yang diangkat dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan lingkungan hidup juga sangat beragam. Sesuai dengan kesepakatan nasional tentang Pembangunan Berkelanjutan yang ditetapkan dalam Indonesian Summit on Sustainable Development (ISSD) di Yogyakarta pada tanggal 21 Januari 2004, telah ditetapkan 3 (tiga) pilar pembangunan berkelanjutan yaitu ekonomi, sosial dan lingkungan.

Ketiga pilar tersebut merupakan satu kesatuan yang bersifat saling ketergantungan dan saling memperkuat. Adapun inti dari masing-masing pilar adalah :

  1. Pilar Ekonomi: menekankan pada perubahan sistem ekonomi agar semakin ramah terhadap lingkungan hidup sesuai dengan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pola konsumsi dan produksi, Teknologi bersih, Pendanaan/pembiayaan, Kemitraan usaha, Pertanian, Kehutanan, Perikanan, Pertambangan, Industri, dan Perdagangan
  2. Pilar Sosial: menekankan pada upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Kemiskinan, Kesehatan, Pendidikan, Kearifan/budaya lokal, Masyarakat pedesaan, Masyarakat perkotaan, Masyarakat terasing/terpencil, Kepemerintahan/kelembagaan yang baik, dan Hukum dan pengawasan
  3. Pilar Lingkungan: menekankan pada pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan yang berkelanjutan. Isu atau materi yang berkaitan adalah: Pengelolaan sumberdaya air, Pengelolaan sumberdaya lahan, Pengelolaan sumberdaya udara, Pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir, Energi dan sumberdaya mineral, Konservasi satwa/tumbuhan langka, Keanekaragaman hayati, dan Penataan ruang

Memahami tentang pendidikan pada dasarnya tidak dapat dipisahkan dari keadaan lingkungan, mengingat dari sejak dilahirkannya manusia sampai tumbuh dan berkembang menjadi dewasa telah banyak dipengaruhi oleh keadaan lingkungan sekitarnya. Sehingga di akui atau tidak pondasi bangunan pemikiran sikap, tindakan manusia dan lain sebagainya telah dikontruk sedemikian rupa oleh hal-hal yang terjadi di lingkungan.

Menurut Idris shaleh (2007) pendidikan harus diselaraskan dengan nilai-nilai yang terjadi di lingkungan, agar disatu sisi pendidikan mampu menjawab dan memberikan sebuah solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan. Dimana lingkungan merupakan tempat berpijak bahkan merupakan tempat kita untuk mengasah diri, baik secara sikap, intelektual maupun tindakan. Pendidikan juga mempunyai peranan penting untuk menciptakan sistem  yang bisa mengantarkan peserta didik pada sebuah kesadaran akan makna pentingnya sebuah lingkungan.

  1. C. Lingkungan Sebagai Subyek Pendidikan

Menurut notohadiprawiro (2006), Pendidikan lingkungan memberikan latihan kepada anak didik berpikir secara serba cukup (comprehensive) mengenai segala gatra kehidupan manusia. Subyek ini juga melatih berpikir secara bersistem, yang menggunakan waktu lengkap, yaitu kemarin-kini-esok dan matra ruang. Matra waktu penting karena lingkungan bersifat dinamis, baik menurut bawaannya maupun terutama menurut saling nasabahnya (interrelationship) dengan kegiatan manusia. Kejadian yang berlangsung pada masa lampau menghasilkan akibat pada masa sekarang, dan akibat ini berpengaruh atas kejadian yang dapat berlangsung pada masa sekarang, yang akan meghasilkan akibat pada masa mendatang. Marta ruang penting karena lingkungan merupakan fakta geografi. Akibat suatu tindakan tertentu yang terjadi dsuatu tapak belum tentu terjadi pula atau tidak dengan sendirinya harus terjadi pula ditapak lain karena tindakan yang sama. Berpikir secara bersistem yang menilai nasabah antar komponen lingkungan dan antara lingkungan dan manusia dalam skala waktu dan ruang, mengembangkan penalaran analitik dan tuntas.

Waktu dan ruang adalah kaidah segala kehidupan. Proses dan evolusi berhakikat waktu, sedang adaptasi berhakikat ruang (tempat). Kemajuan proses, evolusi dan adaptasi menjadi jaminan kelangsungan kehidupan di bumi kita ini. Sebaliknya, kemunduran proses dan kekahatan evolusi serta adaptasi menjadi sebab pokok degradasi kehidupan.

Mengingat hakekat lingkungan itu maka (Emmelin, 1997) berpendapat bahwa lingkungan sepantasnya mengganti Seni dan Humaniora selaku subyek pendidikan bagi para calon administrator. Ilmu lingkungan sesuai untuk peran ini mengingat bahan yang diajarkan, cakupannya yang luas, dan tuntutannya akan keterhitungannya segala hal (demand on numeracy). Menelaah sistem lingkungan yang sangat rumit akan dapat mengembangkan kelenturan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap administrator. Secara tradisional Seni dan Humaniora menjadi subyek utama pendidikan para bangsawan, khususnya putra mahkota dalam mempersiapkan menduduki tahta kerajaan. Jalur ini masih ditempuh sampai sekarang, baik di dunia timur maupun di dunia barat. Bahkan pendidikan universitas dan berbagai sekolah penatakan jabatan di Indonesia masih cenderung mengikuti jalur ini. Misalnya pemasukan kelompok mata ajaran sosial budaya dasar dalam kurikulum umum S1 jelas menunjukkan penganutan pada konsep itu. Masalah sosial dan budaya dengan sendirinya sudah tercakup dalam ilmu lingkungan, bahkan tidak hanya sekedar dicakup, akan tetapi dipadukan dengan masalah fisik, hayati, dan teknologi. Dengan demikian anak didik tidak lagi diberi bekal pengertian yang terkotak-kotak, melainkan memperoleh pengetahuan yang bulat mengenai perilaku masyarakat dengan teknologi dan rekayasanya dalam upaya membangun perikehidupan yang lebih menyenangkan.

  1. D. Kerangka Pendidikan Lingkungan

Membicarakan lingkungan berarti membicarakan dampak dan resiko penggunaan sumberdaya alam. Menurut Ananichev (1976), persoalan lingkungan mempunyai tiga gatra pokok, yaitu pencemaran, usikan terhadap neraca ekologi dan pengurasan sumberdaya alam.

Pendidikan lingkungan merupakan suatu proses terpadu yang berkenaan dengan saling nasabah manusia dengan keadaan alam buatan sekelilingnya, termasuk nasabah pertumbuhan penduduk, pencemaran, peruntukan dan pengurasan sumberdaya, pengawetan, teknologi dan perencanaan perkotaan serta pedesaan dengan lingkungan manusia secara keseluruhan. Pendidikan ini merupakan suatu kajian mengenai faktor-faktor yang berpengaruh atas ekosistem, kesehatan jiwa dan badan, keadaan untuk hidup dan bekerja, kota-kota yang meruntuh  dan tekanan penduduk (Emmelin,1977).

Dengan pengelolaan sumber daya alam sebagai tema inti, ada dua hampiran yang dapat ditempuh dalam pendidikan lingkungan. Kedua hampiran itu secara asasi berbeda, yaitu yang satu mengaji pengelolaan sumberdaya alam dari gatra sumberdayanya, sedang yang lain mengaji pengelolaan sumberdaya tersebut (Emmelin, 1977).

Pengusik neraca ekologi yang tertua adalah pertanian. Sejak jaman batu, pada waktu manusia mulai mampu membuat alat yang dapat meringankan dan memudahkan pekerjan badan, dia mulai pula mengenal cara mengolah lahan dan  memelihara hewan. Dengan kepandaiannya bercocok tanam dan beternak, manusia menghampiri alam dengan jalan yang secara asasi baru sama sekali. Manusia tidak lagi berusaha menyesuaikan dirinya dengan lingkungannya, akan tetapi mulai mencoba mengubah alam agar cocok dengan tuntutannya sendiri.

Menurut notohadiprawiro (2006), persoalan lingkungan terutama ditimbulkan oleh permuiman manusia dan industri. Secara potensial kedua macam kegiatan itu merupakan sumber dampak berat atas lingkungan karena:

  1. Manipulasi lingkungan sehingga menjauhi keadaan semula  tanpa memberikan kompesasi yang sepadan,
  2. Banyak menggunakan dan menghasilkan zat atau bahan yang asing bagi lingkungan pada umumnya.
  3. Limbah yang dihasilkan banyak yang tidak terdaur ulangkan dan
  4. Intensitas kegiatan persatuan tempat dan atau waktu tinggi. Faktor-faktor dampak ini saling berkaitan erat. Memakai dan membajak atau bahan yang asing lingkungan menghasilkan yang asing pula. Mengingat ini semua, maka persoalan ini merupakan salah satu  dampak atas lingkungan.
  5. E. Pendekatan dan Metode Pendidikan Lingkungan Hidup

Menurut Kementrian Lingkungan Hidup, sebagai sebuah upaya untuk mengubah cara pandang dan perilaku segenap komponen masyarakat agar memiliki kepedulian dan kesadaran yang lebih baik tentang pentingnya kelesetarian lingkungan, kegiatan pendidikan lingkungan hidup memerlukan metode atau pendekatan yang tepat sesuai dengan karakteristik persoalan dan kelompok sasaran yang dihadapi. Di bawah ini terdapat beberapa pendekatan atau metode yang umum digunakan dalam proses belajar mengajar :

  1. Pendekatan Tatap Muka yang mana instruktur/pengajar/nara sumber bertemu secara langsung dengan para peserta (kelompok sasaran) pada waktu dan tempat tertentu. Pendekatan ini umumnya diselenggarakan dalam bentuk penyuluhan, kelas, kursus/pelatihan, seminar, dan lokakarya. Penerapan pendekatan tatap muka ini seringkali dilakukan dengan cara mengkombinasikan berbagai metode pembelajaran. Adapun metode yang umum digunakan adalah :
    1. Metode Ceramah, umumnya dicirikan oleh situasi pembelajaran di mana instruktur/pengajar/nara sumber aktif menyampaikan materi sedangkan peserta hanya mendengarkan (pasif)
    2. Metode Diskusi, yaitu suatu metode pembelajaran yang dicirikan oleh adanya interaksi yang intensif antara instruktur/pengajar/nara sumber dan peserta yang mana antara keduanya saling memberikan pertanyaan dan tanggapan.
    3. Metode studi kasus, yaitu suatu metode pembelajaran yang mana para peserta diarahkan untuk mendalami suatu kasus yang spesifik agar dapat melakukan diagnosa guna menemukan cara penyelesaiannya. Metode ini seringkali didukung dengan kunjungan/observasi lapang
    4. Metode eksursi, yaitu metode pembelajaran yang menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap kondisi real di lapangan baik untuk keperluan orientasi, pengambilan data, maupun eksplorasi.
    5. Pendekatan Non Tatap Muka yang mana instruktur/pengajar/nara sumber tidak bertemu dengan para peserta (kelompok sasaran). Materi pendidikan atau isu lingkungan yang diangkat umumnya disampaikan secara tertulis atau visual melalui tulisan populer, artikel, majalah, buku, iklan layanan masyarakat, lagu, film, dan sejenisnya yang dipubilkasikan secara luas kepada masyarakat umum.


BAB III

METODE PENULISAN

Penulisan karya tulis ini didasarkan pada metode telaah pustaka dari literatur yang sesuai dengan topik penulisan. Literatur-literatur yang digunakan merupakan literatur yang bersifat primer dan sekunder. Penulis mengumpulkan semua data dan uraian yang diperoleh dari pustaka-pustaka yang tersedia seperti di media cetak dan internet.

Masalah yang menjadi dasar dalam penulisan ini muncul setelah melihat kondisi lingkungan yang semakin terkendali akibat kurangnya kesadaran masyarakat. Disamping itu kegiatan KKM Fakultas Kehutanan UNTAN belum memberikan kontribusi yang optimal dalam mengurangi masalah tersebut.


BAB 1V

PEMBAHASAN

  1. A. Program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) dalam kegiatan KKM

Menurut Waryono dan Didit dalam Putro (2006) menyatakan bahwa pendidikan lingkungan kepada generasi muda dapat dilakukan lewat jalur pendidikan formal dan informal. Pendidikan Lingkungan secara formal dilakukan melalui kurikulum sekolah dan pemanfaatan potensi lingkungan yang ada di sekitarnya.

Dalam hal ini guru yang menyampaikan juga tidak selalu harus seorang ekolog atau ilmuwan, melainkan cukup seseorang yang mampu menjadi pemandu dalam berpikir tentang lingkungan yang ada di sekitarnya dan mempunyai semangat dalam menemukan hubungan yang ada dalam ekosistem kita.

Bentuk materi dapat dikemas secara integratif di dalam mata pelajaran sekolah, atau dikembangkan sebagai materi yang berdiri sendiri sebagai mata pelajaran muatan lokal. Melalui pengembangan materi muatan lokal di sekolah, maka jaminan kesinambungan program Pendidikan Lingkungan kepada siswa lebih terjaga, karena adanya legalitas formal dari pihak sekolah.

Penyelenggaraan paket pendidikan ini dapat bersifat outdoor education (pendidikan di luar kelas), yang dilakukan dengan mengajak siswa untuk menyatu dengan alam dan melakukan beberapa aktivitas yang mengarah pada terwujudnya perubahan perilaku siswa terhadap lingkungan melalui tahap-tahap penyadaran, pengertian, perhatian, tanggungjawab dan aksi atau tingkah laku.

Outdoor tidak berarti sekedar memindahkan pelajaran ke luar kelas, melainkan lebih pada pemanfaatan potensi lingkungan yang ada sebagai obyek dalam materi yang disampaikan. Aktivitas yang disampaikan berupa permainan, cerita (dongeng), olahraga, eksperimen, perlombaan, mengenal kasus-kasus lingkungan di sekitarnya dan diskusi penggalian solusi, aksi lingkungan, dan jelajah lingkungan. Dalam kegiatan ini siswa dibimbing untuk menemukan sendiri maksud yang terkandung di dalamnya, sehingga transfer materi bisa lebih mengena dan lebih mudah diingat siswa.

  1. B. Penerapan Program PLH dalam kegiatan KKM

Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan. Proses belajar mengajar tidak lagi menggunakan metode ceramah, tetapi lebih apresiatif dan aplikatif serta peduli dengan persoalan-persoalan lingkungan hidup. Dalam hal ini, perlu kerjasama dan kesepakatan antara Departemen Pendidikan Nasional dengan kantor Mentri Negara Lingkungan hidup. Kesepakatan bersama didasari kesadaran pentingnya menumbuhkan kesadaran lingkungan dan konsep pembangunan berkelanjutan sejak usia sekolah.

Beberapa langkah yang perlu ditempuh Depdiknas agar program ini dapat berjalan, di antaranya menetapkan kebijakan, pedoman dan program PLH, mengembangkan materi pendidikan dan pelatihan, meningkatkan kompetensi murid dan guru, serta menyusun materi ajar dan metode pembelajarannya.

Sementara dari pihak Kantor Menneg-LH di antaranya akan menetapkan dan mengembangkan materi PLH, kerja sama dalam pelaksanaannya, menyiapkan substansi bahan ajar, serta melatih para guru dan tenaga kependidikan mengenai lingkungan.

  1. C. Tahapan Pelaksanaan Program PLH dalam kegiatan KKM untuk Siswa Sekolah

Agar Pelaksanaan program PLH tersebut dapat secara nyata dilaksanakan di lapangan maka perlu disusun Rencana Program pendidikan lingkungan hidup yang nantinya akan dilaksanakan dan ditempuh oleh seluruh pihak yang terkait dalam pendidikan lingkungan hidup, dan di laksanakan dalam 3 tahapan, yaitu :

  1. 1. Tahapan Perencanaan

Pada tahapan perencanaan program PLH hal yang harus diperhatikan mencakup metode PLH berbasis kompetensi, materi PLH yang akan disampaikan, SDM yang berkualitas dan berbudaya lingkungan, sarana dan prasarana PLH sesuai kebutuhan, keterlibatan dan ketersediaan ruang bagi peran serta masyarakat untuk berpartisipasi dalam pendidikan lingkungan hidup, pengalokasian dan pemanfaatan anggaran pendidikan lingkungan hidup yang efisien dan efektif petunjuk pelaksanaan dalam kegiatan, petunjuk teknis kegiatan serta jadwal pelaksanaan kegiatan

  1. 2. Tahapan Persiapan

Berhasil tidaknya pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup di lapangan ditentukan antara lain oleh kualitas dan kuantitas pelaku dan kelompok sasaran pendidikan lingkungan hidup. Dengan meningkatkan kualitas dan kuantitas pelaku pendidikan lingkungan hidup dalam hal ini yaitu mahasiswa dapat memberikan  pemahaman kepada masyarakat yang menjadi sasaran dalam program KKM untuk membangun komitmen agar mereka tetap menjaga dan melestarikan lingkungan disekitar  tempat mereka tinggal.

Tahapan persiapan yang akan dilakukan antara lain :

  1. Memberikan pembekalan terhadap mahasiswa yang akan mengikuti dan melaksanakan KKM, agar mereka lebih paham apa yang akan mereka lakukan pada saat menjalankan tugas mereka dilapangan.
  2. Memberikan pelatihan Traning of Trainer tentang pendidikan lingkungan hidup terhadap mahasiswa yang akan mengikuti dan melaksanakan KKM untuk meningkatkan Capasity building.
  3. Menjalin kerja sama antar beberapa pihak yang terkait dalam hal ini yang dapat membantu untuk pelaksanaan PLH yaitu BAPEDALDA, BKSDA  dan DIKNAS dalam bentuk penyusunan materi  pendidikan  lingkungan hidup.
  4. Melakukan studi banding kepada pihak yang telah menerapkan program pendidikan lingkungan hidup.
  5. 3. Tahapan pelaksanaan

Tahapan pelaksananaan program PLH dalam kegiatan KKM

  1. Metode Ceramah, umumnya dicirikan oleh situasi pembelajaran di mana instruktur/pengajar/narasumber aktif menyampaikan materi sedangkan peserta hanya mendengarkan (pasif)
  2. Metode Diskusi, yaitu suatu metode pembelajaran yang dicirikan oleh adanya interaksi yang intensif antara instruktur/pengajar/nara sumber dan peserta yang mana antara keduanya saling memberikan pertanyaan dan tanggapan.
  3. Metode studi kasus, yaitu suatu metode pembelajaran yang mana para peserta diarahkan untuk mendalami suatu kasus yang spesifik agar dapat melakukan diagnosa guna menemukan cara penyelesaiannya. Metode ini seringkali didukung dengan kunjungan/observasi lapang
  4. Metode eksursi, yaitu metode pembelajaran yang menekankan pada pentingnya pemahaman terhadap kondisi real di lapangan baik untuk keperluan orientasi, pengambilan data, maupun eksplorasi.


BAB  V

PENUTUP

  1. A. Kesimpulan
    1. Pendidikan merupakan salah satu solusi terhadap berbagai persoalan yang terjadi dalam lingkungan
    2. Pendidikan lingkungan hidup (PLH) dapat diterapkan ke dalam pendidikan formal dengan menyisipkan materi pendidikan lingkungan hidup (PLH) ke dalam materi-materi pelajaran yang telah ada mulai dari konsep pemeliharaan lingkungan hingga cara-cara yang dapat dilakukan
    3. Keuntungan lingkungan hidup antara lain : Dapat memberikan informasi dan kesadaran kepada siswa akan pentingnya lingkungan hidup, dapat mengetahui seberapa besar rasa sensitifitas siswa terhadap lingkungan dan memberikan kesempatan untuk mendapatkan pengetahuan, keterampilan, sikap/perilaku, motivasi dan komitmen, yang diperlukan untuk bekerja secara individu.

  1. B. Saran

Diharapkan Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberikan masukan kepada pihak sekolah untuk dapat menjadikan lingkungan hidup sebagai salah satu mata pelajaran. Pihak sekolah juga bisa menerapkan Pendidikan Lingkungan Hidup ini kepada sisiwa-siswa mereka. Sehingga siswa-siswa mengetahui akan pentingnya menjaga lingkungan baik di sekolah maupun lingkungan rumah mereka.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2007. Pendidikan Berbasis Lingkungan. “http://tabloid_info.sumenep.go.id” Diakses tanggal 3 Desember 2007

Anonim. 2006.Pendidikan Lingkungan Hidup Kembali Diintegrasikan ke Sekolah. http://www.kompas.com. _Diakses tanggal tanggal 3 Desember 2007

Hegemer, C. J. 2005. Yayasan Hanns Seidel di Indonesia http://www.hsfindo.org. _Diakses tanggal tanggal 3 Desember 2007

Iriani, S. 2006. Arti Penting Pendidikan Lingkungan. http://www.ychi.org. _ Diakses tanggal tanggal 3 Desember 2007

Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup. http://www.menlh.go.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008.

Menteri Lingkungan Hidup. http://www.menlh.go.id/pendidikanlh/kebijakan.php. Diakses tanggal 6 mei 2008.

Nugroho, I. D. 2007. Pendidikan Dasar Lingkungan. http://idnugroho.blogspot.com. _Diakses tanggal tanggal 3 Desember 2007

Putri, V.S.I.S. 2006. Mendidik Generasi Muda dengan Pendidikan Lingkungan. rafflesia.wwf.or.id. Diakses tanggal 14 Maret 2008

Sugiarto, A.T dkk. 2004. Peranan Pemerintah, Pengusaha Dan Masyarakat Dalam Mengatasi Permasalah Lingkungan Hidup. http://www.istecs.org. Diakses tanggal tanggal 3 Desember 2007

Syahdian. 2000. Hubungan Pelaksanaan Pendidikan Kependudukan Dan Lingkungan Hidup Dengan Partisipasi Siswa SMU Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup Di Kota Tebing Tinggi. Program Pasca Sarjana, Universitas Sumatera Utara.

https://erizco.wordpress.com


Aksi

Information

Satu tanggapan

25 09 2012
Sindo Doni Jayanto

thanks

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.